laporan tentang evaporasi

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PANEN
EVAPORASI


Description: D:\PROGRAM BEASISWA PERINTIS NUSANTARA 2013\LOGO\Logo Politeknik Negeri Jember.png










DOSEN PEMBIMBING
Ir. Iswahyono,MP





OLEH
UTVI SARONI
(B31130986)
GOL. C



PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2015



BAB I
PENDAHULUAN
Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri
kimia untuk memekatkan suatu larutan. Terdapat banyak tipe evaporator
yang dapat digunakan dalam industri kimia. Umumnya evaporator
dioperasikan pada kondisi vakum untuk menurunkan temperatur didih
larutan. Cara lain untuk menurunkan temperatur didih larutan adalah
dengan mengalirkan gas
inert (udara) panas yang berfungsi untuk
menurunkan tekanan parsial uap, sehingga menurunkan temperatur didih
larutan. Hal ini menggantikan prinsip evaporasi secara vakum yang
memungkinkan penguapan dengan temperatur rendah. Namun sistem
vakum memerlukan biaya tinggi, ada cara lain untuk menurunkan
temperatur penguapan yaitu dengan cara menurunkan tekanan parsial
uap air didalam fase gas dengan cara pengaliran udara. Untuk
memekatkan larutan yang peka terhadap panas diperlukan alat dengan
waktu kontak yang singkat dan pemanasan dengan temperatur yang
tidak terlalu tinggi, dalam hal ini digunakan falling film evaporator.
Karena waktu kontak sangat pendek cairan tidak mengalami pemanasan
berlebihan selama mengalir melalui evaporator serta dibutuhkan driving
force perbedaan temperatur yang rendah, dengan pressure drop yang
rendah.
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek,
dan menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan liquida yang masuk
melalui pipa.
Falling film evaporator kurang peka terhadap padatan,
tetapi lebih peka terhadap liquida yang melewati pipa. Pada umumnya
umpan masuk pada bagian atas dari kolom melewati
tube yang sudah
dipanaskan dengan
steam. Selanjutnya umpan mengalir dengan
membentuk pola
film yang tipis.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan, Palen, et al, (1994)
mengadakan penelitian hubungan antara perpindahan panas dan
perpindahan massa, untuk campuran biner ethylen glikol dan propilen
glikol, pada tekanan atmosfer. Penelitian ini menggunakan distribusi
film tipe plug flow melalui celah. Dari hasil penelitiannya diperoleh
kesimpulan : Koefisien perpindahan panas untuk campuran tidak terlalu
tergantung pada suatu dinding dan bilangan Reynolds tetapi sangat
tergantung pada komposisi campuran, harga laju perpindahan panas
efektif bisa 80 % lebih rendah dari komponen tunggal. Dalam range
bilangan laminar sampai turbulen, bilangan Reynolds semakin besar,
koefisien perpindahan panas semakin besar. Tahanan perpindahan massa
di dalam
film cairan berpengaruh terhadap temperatur interface yang
mengakibatkan pengurangan efektif dari
driving force perbedaan suhu.
Hewit, et al. (1993) memberikan persamaan koefisien perpindahan panas pada aliran laminar halus, laminar gelombang dan turbulen. Lailatul, et al. (2000) mengadakan penelitian tentang pengaruh laju alir, dan konsentrasi terhadap koefisien perpindahan panas untuk larutan gula. Penelitian ini dilakukan pada tekanan atmosferik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas tergantung pada laju alir dan konsentrasi larutan. Budhikarjono, et al (2005) mengadakan penelitian tentang perpindahan panas dan massa penguapan falling film campuran uap-gas metanol-air arah berlawanan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan meningkatnya laju alir udara maka
perpindahan panasnya juga meningkat meskipun tidak signifikan.

Mencari acuan dalam perhitungan secara teoritis tentang pencampuran gula pada air yangdi panaskan oleh pemanas hiter Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi dengan tinjauan pengaruh dari laju aliran liquida, laju alir udara, dan pemanasan dinding terhadap konsentrasi produk larutan pekat.
Penelitian ini bertujuan :
1.      Menentukan fraksi total solid dengan melakukan perhitungan secara matematis.
2.       Melakukan analisa secara teoritis tentang fenomena
perpindahan panas dan massa pada air dalam gelas ukur yang dipanaskan .



BAB II. METODOLOGI

Alat dan bahan
·         Gelas ukur
·         Pemanas (hiter)
·         Timbangan (gram)
·         Gula
·         Air
·         Cawan
·         Thermometer
·         Stopwacth


Prosedur praktikum
1.      Menyiapkan air dengan volume  400 ml
2.      Kemudian panaskan dalam gelas ukur menggunakan pemanas (hiter),lalu
3.      Masukkan termometer dalam gelas ukur yang dianaskan.
4.      Diamkan air pada gelas ukur sampai mendidih dengan suhu pada pemanas 150 c’
5.      Tambahan gula pada cawan harus disiapkan terdahulu.
6.      Tambahan gula pada air yang sudah mendidih dengan konsentrasi awal 5% berlanjut 10% kemudian 30% dan 50%  sampai dengan 70%.
7.      Jangan lupa liat perubahan suhu pada termometer yang berada dalam gelas ukur .
8.      Tuliskan perubahan suhu pada thermometer dan bahan yang dilarutkan dalam air 400 ml.



BAB III. HASIL PENELITIAN
                  
                   Bahan yang digunakan kelompok kami dalam praktikum tentang evaporasi adalah gula pasir yang berfungsi sebagai pelarut.

1. Tabel kenaikan titik didih dan konsentrasi
no
tamabahan berat
konsentrasi
suhu titik
kenaikan titik
 bahan(gula)
 larutan (%)
didih ( c*)
didih (c*)
1
0
0
98
0
2
5,76
5
98,5
0,5
3
11,52
10
99
0,5
4
34,56
30
99
0
5
57,6
50
99,5
0,5
6
80,64
70
110
1,6

v  Agar dapat membuktikan titik larutan didih  >  titik didih pelarut maka bisa dibuktikan setelah konsentrasi larutan mencapai 70 %

2. Tabel perubahan massa

no
waktu
volume
suhu titik
suhu dinding
perubahan
(menit)
(cm3)
didih (c*)
erlenmeyer (C*)
massa (gram)
1
0
490
0

-
2
3
490
110

0
3
6
480
105

10





BAB IV. PEMBAHASAN



BAB V. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum tersebut maka saya dapat menyimpulkan bahwa untuk membuktikan titik didih larutan lebih besar daripada titik didih pelarut maka kadar konsentrasi larutan itu harus mencapai angka 70 % dari bahan tersebut,kemudian perubahan massa darilarutan itu  0  gram sampai dengan 10 gram dari menit ke 3 sampai menit ke 6 .


Komentar

Postingan Populer