Hama Pada Tanaman Perkebunan Teh (Camellia sinensis)
Hama
Pada Tanaman Perkebunan Teh (Camellia sinensis)
Tugas Makalah

Kelompok :
1. UTVI SASRONI
2. MOH. ROFI AFFANDI
3. WEDI SYAHIRUL ALIM
4. IRFAN JAKFAR
PROGRAM
STUDI PLJ TEKNIK PRODUKSI BENIH
JURUSAN
PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2017
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hama dan penyakit pada tanaman teh sampai saat ini masih tetap merupakan
masalah, karena menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi dan berpengaruh
terhadap pencapaian sasaran produksi. Usaha dalam menekan kehilangan hasil
karena hama dan penyakit pada tanaman perlu mendapat perhatian khusus dalam
usaha pengendaliannya.
Hama yang menyerang tanaman teh meliputi tikus, wereng coklat, wereng
hijau, penggerek batang teh, dan walang sangit. Semua hama tersebut yang
dominan menyerang tanaman teh yang mampu menurunkan hasil produksi tanaman teh.
Hama tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam menyerang tanaman teh,
gejala dan tanda yang ditampakkan dan siklus hidup hama tersebut.
Melalui pengenalan hama yang menyerang tanaman teh yang meliputi
penyebab, gejala serangan, siklus hidup hama, morfologi hama. Selajutnya
dapat dilakukan pencegahan maupun pengendalian untuk menekan kerugian yang
diakibatkan oleh hama pada tanaman. Selain itu dengan mengetahui hama yang
menyerang tanaman teh mampu meningkatkan pengetahuan terhadap pengenalan hama
saat di lapang nantinya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui hama yang terdapat pada
tanaman teh
1.2.2 Untuk mengetahui pengendalian hama pada
tanaman teh
1.2.3 Untuk mengetahui bioekologi hama pada
tanaman teh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Teh
Pada umumnya, teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara
200-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian
tanaman dapat mencapai hingga 9 meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang
berkisar antara 12-20 meter tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica. Hingga
saat ini, di seluruh dunia terdapat sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25
negara.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
2.2 Hama dan
Pengendalian
2.2.1 Kepik Pengisap Daun (Helopeltis spp.)
A. Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum
: Anthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Heteroptera
Famili
: Capsidae
Genus
: Helopeltis
Spesies
: Helopeltis theivora
B. Morfologi
Helopeltis ukuran panjang tubuh
6 – 7 mm, berwarna kehijau – hijauan. Banyak terdapat di daerah perkebunan
dengan ketinggian sekitar 600m diatas permukaan laut.
C. Ekologi
Kepik pengisap daun atau Helopeltis menyerang
pucuk daun muda. Kepik ini menusuk dan mengisap daun teh sehingga menjadi
bercak-bercak hitam. Musuh alami Helopeltis ini banyak.
Nimfanya dibunuh oleh laba-laba lompat, nimfa belalang sembah dan predator
lain. Dewasa yang terbang ditangkap oleh capung dan laba-laba bikin
jaring. Jangka hidup telurnya dari permulaan sampai dewasa adalah 3 sampai
dengan 5 minggu. Jangka dewasanya bisa sampai 2 minggu. Telur panjangnya 1,5
mili dipasang masuk ke urat daun teh atau cabang pucuknya secara tersembunyi
dari serangan predator. Telur juga dimasukkan ke dalam ujung cabang hijau yang
baru dipangkas. Jumlah telurnya kira-kira 80 per betina. Nimfanya (“mikung”)
berwarna oranye kemerah-merahan. Dewasanya (“indun”) berwarna hitam-putih
menjadi hitam merah untuk antonii atau hitam-hijau untuk theivora. Dewasa Helopeltis mempunyai
tiang kecil seperti jarum yang menonjol dari tengah punggungnya (thorax).
Tiga faktor kehidupan yang
menentukan serangan Helopeltis, yaitu cahaya matahari, kelembaban,
dan arus angin di bawah tajuk. Helopeltis menyenangi
lingkungan lembab, tetapi hama ini tidak tahan angin yang kencang atau kuat.
Cahaya matahri langsung selalu dihindarinya dan serangan hama ini menyenangi
tempat yang terlindung. Lama hidup sejak telur sampai dewasa adalah 3-5 minggu.
Fase larva berlangsung selama 11-12 hari, pada ketinggian tempat 250 mm dpl. Helopeltis mampu
bertelur pada temperature 24-27,5
dengan kelembaban 75% sebanyak 40-250
butir di bulan-bulan kering dan 50-300 butir di bulan-bulan basah. (Anonymous
a, 2013)
D. Gejala
Serangga muda (nimfa) dan
imago helopeltis dapat menimbulkan kerusakan terhadap tanaman
teh dengan cara menusukkan alat mulutnya (stylet) kedalam jaringan tanaman
untuk menghisap cairan sel-sel di dalamnya. Bersamaan dengan tusukan stylet
itu, helopeltis akan mengeluarkan cairan yang bersifat racun
dari alam mlutnya yang sapat mematikan di sekitar tusukan. Akibatnya, timbul
bercak-bercak cekung berwarna cokelat kehitaman denga ukuran bercak yang
relatif kecil antara 2-3mm dan letaknya di sekitar daun teh
E. Pengendalian
Musuh alami, Dolichoderus atau
semut hitam, parasit Eupharus dapat menurunkan populasi hingga 80%. Cara
mekanis melalui pemupukan yang seimbang dan pengaturan kultur teknis (
pohon pelindung ). Cara kimiawi dengan penggunaan insektisida dengan berbahan
aktif Lamda Sihalotrin dengan konsentrasi 0,25 ml/l dan Beta
Sipermetrin dengan konsentrasi 0,5 ml/l.
.
2.2.2 Ulat
Penggulung Daun (Homona coffearia)
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Tortricidae
Subfamili : Tortricinae
Genus : Homona
Spesies : Homona coffearia Nietne.
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Tortricidae
Subfamili : Tortricinae
Genus : Homona
Spesies : Homona coffearia Nietne.
B. Morfologi
Ulat dewasa panjangnya 11 mm,
berwarna kehijau – hijauan. Larva Enarmonia mempunyai daya lekat pada tepi
pucuk daun yang ditempati. Siklus hidup 50 -50 hari.
C. Ekologi
Ngengat Homona mengeluarkan
telur yang berbentuk datar. Telur tersebut tersusun dalam kelompok yang
berbaris baris di atas permukaan daun teh. Larva yang menetas akan mulai
memakan daun teh muda sehingga mengurangi hasil panenan karena daun tersebutlah
yang dimanfaatkan manusia. Setelah larva tumbuh hingga panjangnya 18-26 mm, dia
menjadi kepompong. Daun teh yang dijalin menjadi rumah kepompong tersebut.
Kemudian ia keluar sebagai ngengat dewasa. Ngengat aktif hanya malam hari.
Betina dapat mengeluarkan beratus-ratus telur. Ulat Homona diparasit
oleh beberapa jenis tawon parasitoid, khususnya Macrocentrus homonae yang
merupakan tawon Braconidae.
Homona coffearia dapat bertelur antara 100-150 butir yang diletakkan dalam satu
kelompok pada permukaan atas daun. Ulat membuat sarangnya dengan menggunakan
benang-benang sutera, biasanya satu daun dilipat tetapi terdapat pula beberapa
daun yang dilipat. Salah satu tanda yang dapat digunakan untuk membedakannya
dari ulat pengulung lain adalah bagian kepala dari ulat ini berwarna hitam atau
kecoklatan. Kepompong ulat dapat ditemukan pada gulungan daun yang digunakan
sebagai sarangnya. Daur hidup H. coffearia adalah: (1) periode
telur: 6-11 hari, (2) periode ulat:5-6 minggu, (3) periode pupa: 7-10 hari.
Satu generasi memerlukan 5-6 minggu pada daerah rendah, dan 7-8 minggu pada
daerah tinggi.
D. Gejala
Gejala
serangan yang sering nampak yaitu, terlihat adanya satu atau lebih daun
terlipat dengan menggunakan benang halus. Mula-mula ulat memakan epidermis daun
sehingga seluruh daun dimakan. Larva akan makan daun pertama sehingga habis
kemudian pindah ke daun yang lain. Selama perkembangannya, satu ulat dapat
menghabiskan lebih dari 1 helai daun. Pada instar awal, kerusakan yang
ditimbulkan sangat kecil karena yang dimakan adalah permukaan bawah dari daun
yang tua. Setelah panjang tubuh mencapai 5 mm, ulat berpindah ke daundaun muda.
Serangan terjadi sepanjang tahun. Apabila kondisi lingkungan yang mendukung
seperti akhir musim kemarau atau awal musim hujan populasi hama dapat
meningkat. Serangan berat mengakibatkan tanaman gundul.
E. Pengendalian
Pengendaliannya dapat dilakukan
dengan cara mekanis, yaitu dengan melakukan pemetikan daun yang terserang
dan pengambilan kelompok telur. Cara hayati dengan menggunakan musuh alami
antara lain Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, jamur penyebab Wilt disease
dan bakteri entomopatogenik. Dengan pengendalian kimiawi, yaitu
menggunakan insektisida dengan berbahan aktif Lamda Sihalotrin.
2.2.3 Ulat jengkal/ulat
kilan (Hyposidra talaca)
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Geometridae
Genus
: Hyposidra
Spesies : Hyposidra talaca
B. Morfologi
Ulat tersebut berwarna coklat dengan
titik putih pada bagian dorsal. Dari jauh titik putih itu tampak seperti garis
putih.
C. Ekologi
Daur hidup ulat kilan sangat
bergantung pada makanan dan iklim setempat. Daur hidupnya 2,5 – 3,5 bulan.
Betinanya dapat meletakkan telur sampai 320 butir dan meletakkan telur
berkelompok pada daun. Lama stadium telur 5-6 hari. Menjelang menetas telur
mengalami perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi kehitaman. Ulat-ulat
kecil yang telah menetas dari telur akan bergerombol dan angin akan membantu
penyebarannya. Lama stadium larva 12-18 hari, kemudian membentuk pupa yang berwarna
coklat mengkilat dan berada di dalam tanah sedalam 2-5 cm, lama stadium pupa 1-8 hari. Perkembangan telur sampai menjadi dewasa
memerlukan waktu sekitar 24- 32 hari.Larva mempunyai dua atau tiga
pasang proleg pada ujung posterior tubuh. Panjang larva 35-40 mm dengan diameter 3-4
mm. Larva berjalan dengan meletakkan ujung posterior tubuh dekat
tungkai-tungkai toraks dan kemudian menggerakkan ujung anterior tubuh,
melangkah maju dalam satu cara seperti
menukik. Larva ini bisa turun ke daun teh dengan bantuan benang-benang
halus pada waktu siang hari. Apabila diganggu, larva berdiri hampir tegak diatas tungkai-tungkai posterior dan tetap
tidak bergerak, menyerupai cabang-cabang yang kecil. Ngengat
betina bertelur (tempatnya tergantung spesies). Setelah menetas, larva (ulat)
memakan daun teh. Setelah berganti kulit beberapa kali, ulat menjadi kepompong.
Akhirnya dewasa (ngengat) keluar dari kepompong dan kawin
D. Gejala
Ulat jengkal menyerang daun, pupus
daun, dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan daun berlubang dan pucuk
tanaman gundul, sehingga tinggal tulang daun saja. Hal ini dapat mengganggu
proses fotosintesa sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Bila daun-daun telah
habis maka hama ini akan meningkatkan serangannya ke daun-daun tua. Dengan
demikian bila hama ini menyerang tanaman bibit, maka tanaman tersebut akan
menjadi gundul (tak berdaun) sama sekali.
E. Pengendalian
Pengendalian secara mekanis dapat
dilakukan dengan memotong bagian ranting dimana daun-daunnya terserang baik
tanaman teh. Hasil pangkasan dibenamkan kedalam tanah untuk mematikan hama
sekaligus bagian tanaman yang dibenamkan menjadi humus dalam tanah. Secara Hayati. Parasit Apanteles
sp yang memarasit larva ulat kilan dapat dimanfaatkan untuk menekan
populasi hama ini dengan hasil baik. Penggunaan Insektisida Sintesis. Beberapa jenis insektisida yang
direkomendasikan untuk mengendalikan ulat kilan insektisida berbahan aktif
lamda sihalotrin .Penggunaan
Insektisidsa Nabati. Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 5-20% yang
disemprotkan pada daun muda teh dapat mematikan ulat kilan.
2.2.4 Ulat penggulung pucuk
(Cydia leucostoma)
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Tortricidae
Genus
: Cydia
Spesies
: Cydia leucostoma
B. Morfologi
Ulat penggulung pucuk berukuran
2-3cm berada dalam gulungan daun teh
C. Ekologi
Ngengat betina bertelur dengan
meletakkan satu atau dua telur per daun teh, biasanya pada daun yang matang di
bagian atas tanaman teh. Setelah larva (ulat) menetas, dia berjalan ke pucuk
dan masuk kedalamnya. Setelah masuk, dia mulai makan. Ulat yang baru menetas
hanya bisa hidup lama di dalam pucuk. Biasanya terdapat hanya satu ulat per
pucuk. Ulat secara bertahap membuat semacam sarang dan makan dari dalamnya. Dua
hari sebelum menjadi kepompong, ulat berhenti makan dan mulai melipat daun di
pinggirnya. Dalam lipatan daun, ulat membuat kokon putih. Dewasa (ngengat)
keluar dari kepompong pada siang hari, biasanya antara jam 8:00 dan 15:00.
Ngengat kawin pada pagi atau malam hari.
Menurut Widayat, W (1989),
mengatakan bahwa telur diletakkan pada pucuk daun teh, Telur yang menetas
menjadi larva dengan keistimewaan mempunyai daya lekat yang bersa dari benang
liur pada tepi pucuk daun yang ditempatinya, karena benang liur ditempatkan
secara melintang, pucuk daun tersebtu seakan akan terikat, sehingga sulit
sekali membuka, larva berada dalampucuk tanaman teh. Penggerakan pada daun muda
dilakukan dari bagian dalam. Terkadang lebih dari satu daun muda yang digerek.
setelah melakukan penggulungan dan penggerekan pada daun muda, larva keluar
dari gulungan daun muda tesebtu berpindah ke daun tua. Pada daun tua juga
melakukan penggulungan seperti pada daun muda. hanya pada daun tua setelah
berhasi digulung bagian dalam dilapisi dengan benang liurnya. pembentukan pupa
berlangsung pada daun tua. Daur hidup 50-60 hari. Panjang Larva instar akhir
mencapai 11mm, berwarna kehijau-hijauan, kupu berukuran kecil, panjang tubuh
8-10 mm, sayap depan berwarna kelabu agak kelam.
D. Gejala
Ulat tersebut menggulung daun pucuk
dengan memakai benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk sehingga tetap
tergulung.
E. Pengendalian
Untuk mengatasi dan memberatas
hama ulat
penggulung pucuk. Hanya dilakukan secara mekanis mengingat penggunaan
obat-obatan akan mempengaruhi mutu aroma dan kemungkinan akan menimbulkan
gangguan kesehatan baggi para konsumen.
Untuk
mengehamat biaya dan waktu, melakukan
pemetikan pucuk dan daun-daun muda yang telah terserang bersamaan dengan
dilakukannya pemetikan produksi, sortasi/pemisahan dilakukan secara langsung
ketika pemetikan pada kantong-kantong plastik besar yang telah disediakan atau
ditempat penimbangan antara pucuk/daun yang mulus dan pucuk yang talah
terserang. Selanjutnya bagian yang terserang dikumpulkan dan dilakukan
pembakaran hiingga musnah. Kalau
saja populasi ulat penggulung pucuk telah demikian banyak menyerang dapat dipertimbangakan
untuk memberantas secara kimiawi maka gunakanlah obat-obatan yang residual efeknya
rendah.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan di lahan kebun teh Wonosari di Lawang,
Kabupaten Malang yang telah kami lakukan, ditemukan beberapa hama dan
musuh alami pada areal pertanaman teh. Beberapa hama yang ditemukan
merupakan hama penting tanaman teh, yaitu : Kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp.),
Ulat penggulung daun (Homona coffearia), Ulat jengkal (ulat kilan) (Hyposidra
talaca), dan Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma).
No
|
Hama
|
Gejala
serangan
|
Cara
pengendalian
|
1
|
Kepik
pengisap daun teh (Helopeltis sp.)
|
· Kepik
pengisap daun atau Helopeltis menyerang pucuk daun muda.
· Kepik
ini menusuk dan mengisap daun teh sehingga menjadi bercak-bercak hitam.
|
· Cara biologis dengan Musuh
alami, Dolichoderusatau semut hitam, parasit Eupharus dapat
menurunkan populasi hingga 80%
· Cara mekanis melalui pemupukan yang
seimbang dan pengaturan kultur teknis ( pohon pelindung )
· Cara kimiawi dengan penggunaan
insektisida dengan efek residual rendah
|
2
|
Ulat penggulung daun (Homona coffearia) |
· Gejala
serangan yang sering nampak yaitu, terlihat adanya satu atau lebih daun
terlipat dengan menggunakan benang halus. Serangan terjadi sepanjang tahun.
· Larva yang
menetas akan mulai memakan daun teh muda sehingga mengurangi hasil panenan
karena daun tersebutlah yang dimanfaatkan manusia
|
· Cara
mekanis dengan melakukan pemetikan daun yang terserang dan pengambilan
kelompok telur.
· Cara
hayati dengan menggunakan musuh alami antara lain Macrocentrus homonae,
Elasmus homonae, jamur penyebab Wilt disease dan bakteri entomopatogenik.
· Carapengendalian
kimiawi, yaitu menggunakan insektisida.
|
3
|
Ulat jengkal (ulat kilan) (Hyposidra talaca) |
· Setelah
menetas, larva (ulat)
memakan daun teh
· Ulat
jengkal menyerang daun, pupus daun, dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan
daun berlubang dan pucuk tanaman gundul, sehingga tinggal tulang daun saja.
|
· Secara Mekanis. Memotong
bagian ranting dimana daun-daunnya terserang baik tanaman teh. Hasil
pangkasan dibenamkan kedalam tanah untuk mematikan hama sekaligus bagian
tanaman yang dibenamkan menjadi humus dalam tanah.
· Secara Hayati.
Parasit Apanteles sp yang memarasit larva ulat kilan dapat
dimanfaatkan untuk menekan populasi hama ini dengan hasil baik.
· Penggunaan Insektisida
Sintesis. Beberapa jenis insektisida yang direkomendasikan untuk
mengendalikan ulat kilan insektisida berbahan aktif lamda sihalotrin
· Penggunaan Insektisidsa Nabati. Ekstrak daun
mimba dengan konsentrasi 5-20% yang disemprotkan pada daun muda teh dapat
mematikan ulat kilan
|
4
|
Ulat
penggulung pucuk
(Cydia leucostoma) |
· Setelah
larva (ulat) menetas, dia berjalan ke pucuk dan masuk kedalamnya. Setelah
masuk, dia mulai makan ini
· Ulat
tersebut menggulung daun pucuk dengan memakai benang-benang halus untuk
mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung.
|
· Secara mekanik, dengan melakukan pemetikan pucuk dan
daun-daun muda yang telah terserang bersamaan dengan dilakukannya pemetikan
produksi, ortasi/pemisahan dilakukan secara langsung ketika pemetikan pada
kantong-kantong plastik besar yang telah disediakan atau ditempat penimbangan
antara pucuk/daun yang mulus dan pucuk yang talah terserang. Selanjutnya
bagian yang terserang dikumpulkan dan dilakukan pembakaran hingga musnah.
· Secara kimiawimakamenggunakan
obat-obatan yang residual efeknya rendah.
|
BAB IV
KESIMPULAN
Pada survei lapang yang telah kami lakukan, ditemukan beberapa
organism yang termasuk kedalam OPT dan musuh alami. Diantaranya adalah Kepik
pengisap daun teh (Helopeltis spp.), Ulat penggulung daun (Homona
coffearia), Ulat jengkal (ulat kilan) (Hyposidra talaca), dan Ulat
penggulung pucuk (Cydia leucostoma).
Dengan munculnya OPT tersebut dapat digunakan beberapa cara pengendalian.
Secara hayati, yaitu dengan musuh alami. Secara mekanis, yaitu seperti mengubah
pola tanam atau menggunakan alat. Secara kimiawi, yaitu menggunakan
obat-obatan. Setiap OPT tersebut mempunyai bioekologi yang rata-rata dimulai
dari telur-larva-pupa-dewasa.

Komentar
Posting Komentar